Pulau Gorée Saksi Kelam Kekejaman Perbudakan Orang Orang Afrika - SEPUTAR IQ
INFORMASI BERITA HARI INI PERISTIWA TERUPDATE

Pulau Gorée Saksi Kelam Kekejaman Perbudakan Orang Orang Afrika

Gambar Pulau Gorée Saksi Kelam Kekejaman Perbudakan Orang Orang Afrika

SEPUTAR IQ - Afrika adalah benua terbesar kedua di dunia dan kedua terbanyak penduduknya setelah Asia. Benua ini merupakan tempat bagi sepertujuh populasi dunia, dengan menyumbang sekitar 16% dari populasi manusia.

Benua Afrika dikelilingi oleh Laut Mediterania di utara, Isthmus of Suez dan Laut Merah di timur laut, Samudra Hindia di tenggara dan Samudra Atlantik di sebelah barat. Kata Afrika berasal dari bahasa Latin yakni, Africa terra yang artinya tanah Afri bentuk jamak dari kata "Afer". Asal kata Afer mungkin dari bahasa Fenisia yakni debu, atau dari suku Afridi yang mendiami bagian utara benua dekat Kartago, atau dari bahasa Yunani yang berarti tanpa dingin, dan atau dari bahasa Latin aprica yang berarti cerah.

Afrika adalah tempat di mana garis evolusi kera menjadi berbeda dari protohuman tujuh juta tahun yang lalu. Merupakan satu-satunya benua yang ditinggali nenek moyang manusia hingga sekitar dua juta tahun lampau ketika Homo erectus berkembang ke luar Afrika menuju Eropa dan Asia.

Baca juga: Abu Nawas Cerita 1001 Malam

Apa itu Pulau Gorée?

Perbudakan dulunya merebak di Afrika, dan masih berlanjut pada masa sekarang di beberapa negara. Sistem pelayanan dan perbudakan adalah hal umum di Afrika, sejak zaman kuno. Kenangan menyakitkan itu terjadi pada abad ke-15 hingga abad ke-19.

Dimana sebuah pulau kecil seluas 28 hektare yang bernama Pulau Gorée. Terletak 3,5 km dari seberang lepas pantai kota Dakar yaitu, ibukota Senegal, Afrika Barat", Pulau Gorée menjadi saksi bisu sejarah kelam pusat perdagangan budak terbesar di Afrika.

Secara geografis letaknya sangat strategis di transatlantik, menawarkan tempat yang aman untuk menambatkan kapal, sehingga oleh orang Belanda kawasan ini dijuluki "Good Rade" atau “Good Harbour”.

Namun, sebutan yang diberikan ternyata tidak sesuai dengan apa yang terjadi di pulau kecil ini. Sebab, kapal-kapal besar silih berganti singgah dan pergi berlayar ke benua Amerika dengan sekelompok manusia yang dirantai. Dimana mereka adalah budak-budak yang diperjual belikan.

Kekejaman perbudakan di Pulau Gorée?

Ukurannya yang kecil membuat para pedagang mudah mengontrol gerak-gerik para budak. Perairan di sekitarnya pun begitu dalam, sehingga setiap upaya pelarian akan memastikan kematian dengan tenggelam. Terlebih dengan bola logam seberat 5 kg melekat secara permanen di kaki atau leher para budak. 

Sejak abad ke-15, Pulau Gorée telah ramai dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai negara Eropa yang menggunakannya sebagai persinggahan atau pasar budak. Maka dari itu Gorée menjadi pusat persaingan antara negara-negara Eropa untuk mengendalikan perdagangan budak, yang diman dikelola berturut-turut melalui pertumpahan darah oleh Portugis, Belanda, Inggris dan Prancis, 

Arsitektur Pulau Gorée ditandai dengan kontrasnya antara tempat tinggal para budak yang menyedihkan dan rumah-rumah elegan dari para pedagang budak. Pulau Gorée saat ini dijadikan simbol sebagai pengingat sejarah kelam eksploitasi manusia, sekaligus sebagai tempat rekonsiliasi diaspora.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda
Tambahkan Komentar
Sembunyikan Komentar